Langsung ke konten utama

MENUJU CAHAYA


Oleh: Balqis Ahmad Difinubun*
“Ilmu tanpa agama buta, Agama tanpa ilmu pincang”. 

Hasil gambar untuk menuju cahaya
sumber gambar: steemit.com


ALLAH SWT telah menciptakan diri kita dengan penuh kesempurnaan, ALLAH telah menjadikan manusia sebagai mahluk ciptaan-Nya yang paling terbaik, tidak ada mahluk lain yang keistimewaannya melebihi manusia. Salah satu bukti keistimewaan manusia adalah ALLAH memberikan kepada kita potensi akal dan pikiran.


ALLAH akan mengangkat derajat manusia pada kedudukan mahluk yang paling tinggi selama manusia menggunakan akal dan pikirannya untuk memikirkan dan memahami kebesaran-Nya, sebaliknya ALLAH akan menurunkan derajat manusia pada level serendah-rendahnya jika manusia tidak dapat menggunakan akalnya untuk memikirkan bukti-bukti keberadaan-Nya. 


Karena sesungguhnya tujuan ALLAH untuk memberikan akal kepada manusia adalah sebagai alat untuk untuk berpikir, dia menjadikan akal sebagai sumber ilmu pengetahuan. kejahiliyaanlah membuat manusia jatuh dari fitrahnya sebagai mahluk yang paling mulia dimuka bumi ke dalam jurang kehinaan. untuk itu, untuk mendapatkan kemuliaan sebagaimana semestimya fitrah manusia sebagai wakil Tuhan di muka bumi. Satu-satunya jalan adalah bertakwah kepada-Nya.


Untuk bertakwah kepada-Nya, ALLAH telah menurunkan Al-qur’an dan menjadikan Islam sebagai petunjuk dan jalan menuju cahaya. Dengan hadirnya Islam sebagai agama yang mengarahkan umatnya untuk rajin menuntut ilmu dan memberantas kebodohan, oleh karena itu sangat tepat jika ayat pertama yang ALLAH turunkan kepada Rasulullah SAW adalah perintah untuk membaca, perintah untuk belajar. ALLAH SWT tidak memerintahkan untuk sholat atau beribadah pada saat Rasulullah SAW diangkat menjadi seorang rasul, tetapi ALLAH memerintahkan umat manusia untuk belajar terlebih dahulu, untuk menuntut ilmu terlebih dahulu, sebab ilmu merupakan dasar pijakan manusia agar segala sesuatu didasarkan pada pengetahuan, sehingga dapat mengenal dirinya dan tuhannya. 


Bahkan iblis pun lebih takut kepada orang yang berilmu dari pada orang yang abid (orang yang rajin beribadah) tapi bodoh. Islam sangat membenci dan menetang kebodohan sebab Islam meyakini bahwa kebodohan merupakan salah satu sebab terbesar dalam penyelewengan dan penyesatan agama, oleh karena itu Islam telah menepatkan ilmu pengetahuan pada kedudukan yang paling tinggi, dan ALLAH SWT meninggikan derajat orang-orang yang berilmu. Sebagaimana fiman-Nya yang artinya
“... ALLAH akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat .... “ (Qs. Al-Mujadalah:11). 


Salah seorang sahabat Rasul SAW yang bernama Mu’az bin Jabal r.a pernah menceritakan suatu hal terkait dengan pentingnya mencari ilmu dan mengamalkannya. Dia berkata bahwa pada suatu kesempatan, Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya:

“Pelajarilah ilmu, mencari ilmu karena ALLAH adalah kebaikan, menuntutnya adalah ibadah, mempelajarinya adalah tasbih, mengkajinya adalah jihad, dan mengajarkannya adalah sedekah, dengan ilmu seorang hamba sampai pada kedudukan orang-orang baik derajatnya dan berada pada tingkatan paling tinggi, memikirkannya setara dengan berpuasa dan mengkajinya sama dengan menegakan sholat. Dengannya ALLAH ditaati, disembah, di Esakan dan ditakuti, dengannya pula tali silahturahmi diikatkan, ilmu adalah pemimpin dan pengamalannya adalah pengikutnya. Dengannya ALLAH mengangkat bangsa-bangsa kemudian Dia menjadikan mereka sebagai para pemimpin, penghulu dan pemberi petunjuk pada kebajikan karena ilmu adalah kehidupan hati dari kebutaan, cahaya dari kezholiman, dan kekuatan tubuh dari kelemahan.” (HR. Imam Abu Daud)


Ilmu pengetahuan merupakan cahaya yang menerangi langkah kita. Jika suatu saat pikiran kita kacau dengan suatu masalah, maka ilmulah yang akan berperan aktif mencarikan jalan solusinya. Jika di suatu saat kita disibukan oleh suatu perkara, ilmulah satu-satunya penolong yang dapat memberikan jalan keluar. 


Intinya dalam segala lini kehidupan yang kita lalui ilmu selalu memiliki peran aktif di dalamnya. Tak heran jika Islam sebagai agama sempurna dan paripurna mewanti-wanti agar umatnya rajin menutut ilmu. Salah satu cara yang paling tepat untuk memberantas kebodohan dengan ilmu pengetahuan saat ini adalah dengan meningkatkan budaya membaca. Menerapkan perintah iqro dalam kehidupan sehari-hari. Iqro berarti membaca, meneliti, mengkaji, menghayati, dan memahami ilmu. Hanya dengan rajin membaca itulah insya ALLAH kita dapat meningkatkan ilmu pengetahuan, menajamkan pemahaman dan akhirnya memberantas kebodohan. Dengan rajin membaca itulah umat muslim dapat menambah wawasan dan pemahaman terhadap berbagai disiplin ilmu, sehingga tak kalah jika harus bersaing dengan orang-orang kafir yang berpendidikan tinggi. Karena salah satu faktor sebab kemunduran peradaban Islam saat ini adalah kurangnya minat membaca. 


Untuk itu marilah berusaha memberantas kebodohan dengan semangat menutut ilmu dan meningkatkan budaya membaca. Sebab kebodohan merupakan sesuatu yang dibenci ALLAH SWT dan dapat merusak peradaban bangsa. Karena jika kebodohan sudah merajalela di suatu negeri, hal itu merupakan kode awal kehancuran negeri tersebut. Bila ilmu telah diangkat oleh ALLAH, hal itu merupakan kode awal bahwa kebinasaan akan segera tiba.


Abdullah bin Amr r.a berkata bahwa dia mendengar bahwa Rasulullah saw. Bersabda :

“Sungguh ALLAH tidak akan mencabut ilmu dari manusia secara langsung. Akan tetapi Dia mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama, sehingga ketika Dia tidak menyisakan seorang ulama, orang-orang mengangkat pemimpin yang bodoh, mereka ditanya lalu mereka berfatwa tanpa ilmu, akibatnya mereka sesat dan menyesatkan (HR. Bukhari dan Muslim).


*Mahasiswa Semester 1 Prodi Pendidikan Bahasa Arab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Langkah yang tidak berhenti, membuktikan bahwa penyakit hanya menggerogoti fisiknya, bukan jiwanya

Pada entri pertama ini, Perpus STAIMA akan mengangkat kisah perjuangan salah seorang mahasiswa STAIMA yang telah melalui masa-masa berat melawan penyakitnya. Semoga kisah ini dapat menginspirasi dan mendatangkan semangat agar kita tidak berputus asa dan terus semangat menghadapi segala kesulitan. Ditemui di Perpustakaan STAI Al-Ma’arif Ciamis (12/01/2019), Rano (20) mahasiswa semester empat Program Studi Manajemen Pendidikan Islam STAI Al-Ma’arif Ciamis bersedia membagi pengalaman dan kekuatannya melalui masa-masa sulit ketika tumor di pembuluh darah menggerogoti tubuhnya di sekitar wajah dan kepala. Tanpa sama sekali merasa keberatan, Rano menceritakan awal mula sakit yang dideritanya sejak dirinya baru lulus dari Madrasah Ibtidaiyah. Itu tahun 2011 usianya baru menginjak 13 tahun, saat Rano tiba-tiba saja mengalami pendarahan dari dalam hidungnya. Jelas bukan mimisan biasa karena darah yang mengucur sulit dihentikan disertai dengan gumpalan-gumpalan cukup besar mi...

ANALISIS DESKRIPTIF TENTANG KOMPETENSI BERBAHASA GURU BAHASA ARAB SAAT MENGAJAR DI SMA NEGERI 1 CIAMIS

  ANALISIS DESKRIPTIF TENTANG KOMPETENSI BERBAHASA GURU BAHASA ARAB SAAT MENGAJAR DI SMA NEGERI 1 CIAMIS               Oleh : Deni Supriadi, S.S, M.A.                 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-MA’ARIF CIAMIS Jl. Umar Saleh Imbanagara Raya Ciamis 46211 Telp./Fax. (0265) 772589 E-mail: stai_almaarif@yahoo.co.id 2020 ANALISIS DESKRIPTIF TENTANG KOMPETENSI BERBAHASA GURU BAHASA ARAB SAAT MENGAJAR DI SMA NEGERI 1 CIAMIS       Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk untuk memperoleh gambaran tentang Analisis Kompetensi Profesional Guru Bahasa Arab saat Mengajar di SMA Negeri 1 Ciamis . Metode yang digunakan yaitu pendekatan kuantitatif dengan jenis deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan angket. Teknik analisis data   menggunakan analisis deskriptif dalam bentuk tabel frekuensi. Hasil peneliti...

PEMIKIRAN TAFSIR ABU HAYYAN AL-ANDALUSI DALAM AL-BAHR AL-MUHITH

Oleh H. Ahmad Ridla Syahida, Lc., M.Ag. ridla.ars@gmail.com Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Arab STAI Al-Ma’arif Ciamis BAB I PENDAHULUAN Bagi kaum muslimin, Al-Quran selain dianggap sebagai kitab suci ( scripture ), ia juga merupakan kitab petunjuk (QS. Al-Baqarah:2). Oleh karena itu, ia selalu dijadikan rujukan dan mitra dialog dalam menyelesaikan problem kehidupan yang mereka hadapi. Al-Quran benar-benar bukan hanya menempati posisi sentral dalam perkembangan ilmu-ilmu keislaman, melainkan juga menjadi inspirator dan pemandu gerakan dan dinamika umat islam sepanjang kurang lebih empat belas abad yang lalu. Hingga kini gema keagungan Al-Quran masih dirasakan pengaruhnya oleh setiap jiwa insan qurani. Bagaimana sejarah mencatat bahwa umat islam pada masa awal tidak hanya membaca Al-Quran, tetapi mampu memahami dan mengkontekstualisasikan Al-Quran kedalam nilai-nilai praktis, menjadi etos kerja, dan etos berperadaban yang tinggi.Tidaklah salah jika Al-Quran menjadi sala...