*Oleh: Nurlatifah
“Belajarlah sampai ke negeri Cina.” Pepatah yang sudah lama melekat di masyarakat. Berbagai kalangan tahu pepatah itu, tetapi hanya sebagian
orang yang benar-benar mengerti akan maknanya.
Menghadapi zaman yang semakin rusak, manusia terbuai dengan
hal-hal yang serba instan. Terutama kaum muda masa kini, mereka lebih senang dengan
segala sesuatu yang serba cepat, kurang sadar akan proses dan kebanyakan tidak
ingin tahu menahu makna proses pembelajaran yang panjang.
Hasil tidak akan mengkhianati proses kata salah seorang
motivator. Tidak ada orang yang bodoh di dunia ini, yang ada adalah mereka yang
malas belajar, itu yang harus diingat. Selama kita berusaha, tak ada jalan yang
buntu. Berkaitan dengan pemuda masa kini, inilah yang selalu harus disadari.
Kita sebagai generasi penerus yang akan menentukan masa depan umat dan bangsa
ini, apakah akan melangkah dalam kemajuan atau jatuh dalam kemunduran?
Tergantung sikap kita hari ini.
Meskipun Jepang adalah negara mayoritas
nonmuslim, tak ada salahnya kita belajar dari kemajuan bangsa mereka. Di sekolah-sekolah Jepang, sebelum pelajaran di mulai, murid diwajibkan
membaca buku selama 10 menit. Saat naik kendaraan umum seperti di kereta dan
bis, budaya membaca adalah pemandangan yang sudah tidak asing lagi. Perpustakaan
dan buku-buku dibangun dengan perhatian khusus oleh instansi-instansi
pendidikan di Jepang, tidak lain karena mereka sangat menghargai buku-buku
sebagai sumber ilmu. Mereka maju karena trik mereka membangun bangsa ialah
dengan memajukan SDM warga negaranya. Barulah mereka mengembangkan sektor
ekonomi, industri, dan pembangunan.
Mengapa sumber daya manusia dulu yang
dibangun? Sebab masyarakat yang tidak mengerti ilmu tidak akan bisa berkembang.
Mereka akan mudah ditipu dan wawasan mereka akan sempit, sehingga kemajuan akan
semakin lambat. Indonesia masih tertinggal diantaranya karena minat baca masyarakatnya
yang rendah. Jangan katakan kita hidup di dunia pendidikan kalau tidak membaca
buku. Sayang sekali jika kita bisa pergi ke tempat-tempat yang membutuhkan dana
besar, tetapi kita melupakan buku-buku di sekitar kita, di depan mata tapi tak
terlihat.
Buku adalah jendela dunia, kita bisa memahami berbagai ilmu
dengan membaca buku. Mereka yang namanya pernah besar sebagai pemimpin seperti
Barack Obama, Josep Stalin, Mao Tse-Tung, Hasan al-Banna, Soekarno, dan masih
banyak lagi adalah para pecinta buku. Mereka banyak mengisi waktu dengan membaca buku. Jika hanya 1 atau 2 orang yang menyadari hal ini, jangan
mengharapkan kemajuan suatu bangsa, karena kita perlu kerja sama untuk membangun
suatu perubahan agar maju. Dan di tangan pemuda-pemuda hari ini lah nasib umat dan
bangsa ditentukan.
“Allah tidak akan merubah suatu kaum, jika kaum itu tidak
mahu merubahnya”
Maka berusahalah, jangan hanya berpikir untuk diri sendiri,
tapi pikirkan kemajuan bersama. Cintailah ilmu, sarananya buku-buku, kuncinya
membaca, induknya perpustakaan, karena ilmu menghidupkan kehidupan, menerangi
kebutaan dan ketidakfahaman, menuntun keselamatan di dunia dan akhirat.
Budayakanlah membaca, wahai pemuda!
*Penulis merupakan mahasiswa STAI Al-Ma'arif Ciamis Semester 2 Prodi Pendidikan Bahasa Arab
Editor: Admin Blog
*Penulis merupakan mahasiswa STAI Al-Ma'arif Ciamis Semester 2 Prodi Pendidikan Bahasa Arab
Editor: Admin Blog
Komentar
Posting Komentar