Oleh : Muhammad Fahril Hilmi*
"Apa cita-citamu nak?", Kata-kata ini sering kali
diucapkan oleh seorang guru pada muridnya.
Pertanyaan yang sangat menarik untuk dijawab murid-murid yang
belum mengerti betapa keras usaha yang dibutuhkan untuk mewujudkan sebuah cita-cita.
Realistis saja, sekarang sudah banyak terjadi. Akibat persaingan
yang semakin ketat, ingin menjadi polisi namun hasilnya tak sesuai yang
diharapkan, menjadi guru juga tak sesuai dengan apa yang diharapkan, begitu
juga profesi lainnya, dari politikus hingga pemimpin negara.
Tidak ada cita-cita yang dapat terwujud tanpa digapai dengan
kerja keras, baik melalui sistem yang teratur dan sesuai prosedur maupun
melalui proses cepat dengan jasa orang
dalam yang kelak keduanya akan kembali kepada kualitas pribadi seseorang.
Cobalah kita fokus ke cita-cita yang tak sampai. Penulis
yakin ini adalah kejadian yang tidak jarang dialami oleh generasi yang punya
cita-cita setinggi langit. Sudah tentu penyebabnya adalah karena takdir Allah
serta kurangnya usaha yang sungguh-sungguh dalam diri seseorang.
Ketika cita-cita tak tercapai, lalu apa yang akan diperbuat?
Bukankah cita-cita adalah salah satu motivasi sekaligus semangat dalam
menjalani kehidupan? Jika cita-cita itu tidak tercapai, apakah hidup kita akan
berhenti begitu saja? Tentu saja TIDAK! Bangun dan hadapi semuanya. Bangkit dan
buktikan bahwa cita-cita yang tidak tercapai itu tidak serta merta menjadikan
masa depan kita suram. Kita masih memiliki kesempatan, selama kita masih hidup.
Melihat kondisi tersebut penulis teringat salah satu teman
dari Madura, Moh. Syamsul Arifin, S.E. Beliau pernah mejabat sebagai Ketua Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) di STAI Al-Ma'arif Ciamis. Salah satu kenangan yang
berkesan bagi penulis ialah ketika beliau mengatakan, "Jangan katakan pada
anak-anak kita, apa cita-citamu kelak. Namun katakanlah apa yang akan kau
perbuat bagi Bangsa, Negara, dan Agamamu".
Sebab, kalau pun Anda berhasil menggapai cita-cita Anda,
apakah menjamin Anda akan memberi banyak kontribusi bagi ketiga hal itu? Jadi,
jangan berkecil hati jika kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan selama
kita masih dapat berbuat untuk bangsa, negara dan agama.
Katakanlah pada anak-anak Anda suatu saat nanti, "Apa yang
akan kamu perbuat untuk Bangsa, Negara, dan Agamamu?". . Semoga itulah
yang pada akhirnya menjadi motivasi terbesar mereka dalam menggapai cita-cita.
*mahasiswa STAI Al-Ma’arif Ciamis semester delapan
Komentar
Posting Komentar