Umumnya, orang-orang besar lahir dari keadaan yang sulit;
peperangan, kemiskinan, penyakit atau bahkan penjara seringkali menjadi sebuah
titik balik yang merubah hidup orang-orang besar sehingga nama-nama mereka dikenang
oleh dunia. Tetapi apakah untuk menjadi besar diperlukan keadaan yang sulit
terlebih dahulu? apakah seseorang bisa menjadi besar tanpa harus melalui
peperangan, kemiskinan, penyakit atau penjara? Jawabannya tentu saja bisa!
Untuk menjadi besar memang harus melalui kesulitan, sebagai
batu loncatan agar kita dapat melompat lebih tinggi daripada yang kita kira.
Maka istilah ‘titik balik’ menjadi sebuah frasa yang dikira tepat, sebab
setelah sesuatu mencapai puncaknya baik itu keadaan di atas maupun di bawah,
sesuatu itu akan menemukan ujung yang membuatnya berbalik. Seperti halnya bola
yang dipantulkan. Kesulitan bukan hanya pasti ada, bahkan harus ada. Harus.
Sebab tanpa kesulitan, kita tidak pernah bisa membuktikan besarnya kekuatan
kita karena kekuatan bukanlah sesuatu yang hanya bisa dikira atau dibangun di
dalam pikiran. Kesulitan itulah medianya. Itu sebabnya kecepatan lari seseorang
yang dikejar anjing akan lebih kencang daripada ketika lari bukan karena
dikejar anjing. Gunanya kesulitan adalah untuk menemukan sebenarnya batas-batas
kekuatan kita di luar batas-batas yang hanya timbul dari bayang-bayang kita.
Tetapi, apa yang dimaksud dengan kesulitan inilah yang akan
benar-benar mengubah kita. Jika kita menganggap kesulitan hanya pada
kemiskinan, rasa sakit, peperangan dsb., maka selamanya kita tidak akan menjadi
siapa-siapa selama ketiganya tidak kita rasakan. Karena itu, cara pandang kita
dalam menilai dan mengukur kesulitan harus di arahkan pada standar yang benar.
Ini yang akan menentukan apakah kita sebenarnya dalam keadaan sulit atau tidak.
Sejatinya jika kita dapat merenunginya baik-baik dan membawa
kekhusuan batin kita, hidup di dunia itu adalah ujian. Susah ujian, senang pun
ujian. Sebab dunia ini tempat bercocok tanam, yang menjadikannya sebagai lahan
perjuangan. Jadi seharusnya waktu kita di dunia adalah waktu-waktu yang kita
gunakan untuk berjuang. Tidak ada cerita kehidupan yang selamanya senang,
selama kita masih ada di dunia. Sebab kesenangan pun pada sisi yang lain
memiliki kesusahannya tersendiri. Seperti kesenangan dalam banyaknya harta;
yangmana harta tersebut akan kita pertanggung jawabkan akhirnya sehingga
kesenangan kita terhadap harta mendatangkan perjuangan tersendiri untuk kita
dapat menggunakan harta tersebut justru untuk melawan keinginan-keinginan yang
sebenarnya bisa kita dapatkan. Singkatnya, kesenangan justru ujian yang lebih
sulit karena ujian yang terkandung di dalamnya sering kita lalaikan.
Oleh karena itu, kesulitan adalah hal yang selalu bisa kita
‘ciptakan’ untuk membuat diri kita bangkit dan tidak terlena dengan kesenangan
yang belum saatnya kita habiskan. Maka yang terpenting sebenarnya, adalah
menghadirkan kesulitan dalam hati kita sehingga kita senantiasa merasa waspada.
Ini yang lebih sulit ketimbang kesulitan yang memang lahir dan hadir dari
situasi di luar diri kita. Itu sebabnya, kita semua sebenarnya bisa bangkit
tanpa harus menunggu keadaan yang mengubah kita, jikalau kita mau melihat dunia
ini sesuai dengan hakikatnya; yaitu sebagai ladang perjuangan. Artinya setiap
saat sebenarnya kita dalam keadaan sulit, bahkan bisa jadi terus menerus dalam
peperangan, alias perang melawan hawa nafsu. Hanya kita sering kali kalah
dengan tipu daya dan penglihatan kita, alhasil kita merasa kehidupan kita
selalu lebih beruntung daripada kehidupan orang-orang susah yang ada di sekitar
kita atau nun jauh di sana.
Komentar
Posting Komentar