SEJAK lebih kurang enam
bulan yang lalu, Perpustakaan bersama beberapa mahasiswa STAI Al-Ma’arif Ciamis
membuat grup kecil yang kegiatannya adalah membaca buku cover-to-cover sampai selesai setiap pekan. Alhamdulillah pada
bulan ini kami telah selesai menghabiskan satu buah buku biografi Helen Keller,
seorang wanita tuna netra (buta) dan tuna rungu (tuli), yang secara otomatis
juga tidak bisa berbicara, namun menjadi tokoh besar di Amerika abad ke-19.
Berikut biografinya di
Wikipedia secara singkat,
“Keler
dikenal sebagai seorang penulis, aktivis politik dan dosen Amerika. Ia menjadi
pemenang dari Honorary University Degrees Women's Hall of Fame, The
Presidential Medal of Freedom, The Lions Humanitarian Award, bahkan kisah
hidupnya meraih 2 piala Oscar. Ia menulis artikel serta buku-buku terkenal, diantaranya
The World I Live In dan The Story of My Life (diketik dengan huruf biasa
dan Braille), yang menjadi literatur klasik di Amerika dan diterjemahkan
ke dalam 50 bahasa. Ia berkeliling ke 39 negara untuk berbicara dengan para
presiden, mengumpulkan dana untuk orang-orang buta dan tuli. Ia mendirikan
American Foundation for the Blind dan American Foundation for the Overseas
Blind”
Membaca
buku Helen Keller hingga selesai memberikan kita sebuah pengalaman yang unik
sekaligus luar biasa. Keller mengajak kita untuk memahami arti ‘gelap’ dengan
cara yang lain. Ia berhasil melalui segala kesulitan yang dialami keterbatasan
dirinya untuk mencapai apa yang justru tidak bisa dicapai oleh orang yang “normal” pada umumnya.
Keller mengajak kita untuk memiliki ‘penglihatan’ yang lain sehingga kita dapat
menyaksikan keindahan dan kehebatan penciptaan Allah atas diri kita dan juga
alam semesta. Membaca buku Keller membuat kita lebih banyak merenung, berdecak
kagum dan semakin banyak bersyukur terhadap hal-hal kecil disekitar kita yang
seringkali tidak kita sadari. Sebab ternyata begitu banyak hal istimewa yang
selama ini terlalaikan oleh mata indera kita namun sesungguhnya nampak begitu
indah di ‘mata’ Helen Keller. Melaluinya kita diajak untuk menyelami kegelapan
sehingga kita justru dapat menemukan cahaya yang lebih
menerangi kehidupan kita, yaitu cahaya dari batin kita sendiri. Inilah yang
lebih menentukan gelap terangnya kehidupan manusia.
Buku
ini begitu tepat disuguhkan bagi masyarakat masa kini yang lebih senang
dimanjakan oleh gawai (hp) daripada membaca buku atau merenung.
Seringkali paparan indera kita menutupi apa yang seharusnya kita lihat, pahami,
dan fikirkan dalam kehidupan ini melalui mata fikiran kita. Mata fikiran atau
mata batin kita hanya bisa melihat dengan tajam apabila sering diasah dengan
perenungan. Membaca buku ibarat memberi gizi yang baik bagi hati dan akal kita,
oleh karenanya ia sebenarnya adalah kebutuhan untuk mempertajam pandangan batin
kita. Membaca buku memang tidak dapat secara cepat memanjakan panca indera kita
sebagaimana gawai, namun membaca buku
sebenarnya dapat menghidupkan imajinasi kita. Imajinasi yang aktif akan membuat
kita lebih kreatif dan semangat dalam memandang kehidupan.
Keller
adalah seorang wanita yang berhasil menghadapi segala kegelapan, kegelapan dari warna-warni dunia. Namun, karena keberhasilannya menghadapi kegelapan itulah
akhirnya ia menemukan cahaya yang lebih menerangi yang bersumber dari hatinya
sendiri. Memahami hakikat ini membuat kita dapat semakin merenungi firman Allah SwT yang
artinya:
“Maka
apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan
itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat
mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta,
ialah hati yang di dalam dada.” (QS. Al-Haj [22]: 46)
Komentar
Posting Komentar