sumber gambar: nadacraft.com
Rumah di masa-masa pandemik virus seperti ini adalah ibarat benteng
pertahanan bagi diri dan keluarga kita. Mungkin sebagian dari kita tidak pernah
menyangka bahwa aktivitas harian kita yang begitu padat akan tergantikan dengan
‘mengurung’ diri di rumah selama berbulan lamanya. Bahkan ada juga yang
berfikir bahwa berdiam diri di rumah akan membuat kita mati kutu karena
menanggung bosan.
Namun ternyata setelah dijalani, banyak sekali yang menemukan hikmah
disebalik anjuran untuk berdiam diri di rumah. Mereka yang akhirnya menemukan ‘keuntungan’ dari
berdiam diri di rumah bukan berarti tidak melewati masa-masa sulit atau
kebosanan selama berada di rumah, melainkan mereka mampu melaluinya dengan sikap
husnudzan (baik sangka) sejak awal. Ada
hikmah di setiap cobaan. Sehingga mereka fokus ke sini, dan bukan berhenti
pada mengutuk keadaan.
Percayalah, bukan besar kecilnya rumah yang membuat seseorang tetap
produktif dan tidak bosan berada di rumah. Sebesar apapun rumah seseorang, akan
sampai juga rasa bosannya jika selama berminggu-minggu ia tidak kemana-mana.
Nyatanya, perasaan bosan dan kemalasan bukan timbul dari rumah yang sempit
tetapi dari fikiran yang sempit.
Diam di rumah sebagaimana yang dikampanyekan dimana-mana pada hari ini,
memberikan banyak sekali pelajaran berharga bagi mereka yang mau merenungi
hikmah disebalik ini. Bayangkan, di era yang serba maju dan canggih ini, cara
untuk melindungi diri yang digaungkan dimana-mana bukan dengan berlindung pada
teknologi, melainkan berdiam di rumah. Iya, rumah. Tetap di rumah insya Allah
menjadi ikhtiar yang paling aman untuk menghindari diri dan keluarga kita dari
wabah. Tidakkah ini seharusnya mengusik rasa penasaran kita?
Banyak sekali hikmah yang ternyata timbul dalam mata fikiran kita
seiring dengan pencarian ilmu yang berusaha kita lakukan, ini kenapa aktivitas
mencari ilmu tidak boleh berhenti, bahkan mungkin ini adalah momen yang sangat
baik untuk membangun fokus kita dalam membaca dan menelaah (ilmu). Berikut ini
hal-hal positif dari dianjurkannya kita untuk tetap di rumah, semoga bisa
menjadi hikmah yang indah bagi kita..
1. Berada di rumah ‘memaksa’ kita untuk berkumpul dan berkomunikasi
dengan keluarga. Kalau momen ini juga belum bisa membuat kita lebih rapat
dengan keluarga, harus menunggu momen seperti mana lagi? Nikmatilah momen yang
langka ini. biasanya dalam sepekan berapa lama kita punya waktu untuk berkumpul
dengan keluarga? Bahkan ada yang sebulan sekali saja belum tentu oleh karena
ada anggota keluarga yang tinggal jauh. Maka dari itu, sikapilah hal ini
sebagai sebentuk karunia Allah untuk membangun kembali keeratan dan kehangatan
keluarga dengan berkumpul dan berkomunikasi. Jangan momen ini kita habiskan
untuk sibuk sendiri-sendiri. Kita tidak pernah tahu apakah ada kesempatan seperti ini lagi?
2. Jika kita ingin melawan rasa malas dan mencoba untuk membangun
produktivitas dengan seluruh anggota keluarga misalnya, kita bisa membuat
jadwal rutinitas keluarga. Misalnya olah raga bersama, berjemur, membagi
pekerjaan rumah, berkebun, tadarus Qur’an dan menghafal bersama, membaca buku
bersama dan menonton hiburan bersama. Ternyata banyak hal yang bisa kita
kerjakan bersama jika kita mau berfikir sedikit.
3. Karena kesibukan sehari-hari, bisa saja kita tidak sadar melupakan
sesuatu atau terluput melihat sesuatu yang penting dan bermanfaat. Oleh
karenanya nikmatilah momen di rumah dengan benar-benar membuka mata kita.
Misalnya mengumpulkan barang-barang bekas yang bisa diolah kembali, menbuat
prakarya dengan anak, membersihkan rumah atau bahkan menghias rumah. Terkadang
bosannya kita di rumah bukan karena tidak ada yang bisa dikerjakan, tetapi kita
tidak benar-benar mau melihat keadaan di sekeliling kita. Toh ternyata setelah
dilihat setiap hari, banyak hal rupanya yang harus dikerjakan. Dengan ini
mungkin kita baru paham mengapa pekerjaan ibu rumah tangga itu tidak ada habisnya J
4. Keterbatasan kadang membuat kita kreatif. Meskipun harus kita lalui
dulu masa bosan dan jenuhnya. Kalau biasanya kita baru bisa bekerja di ruang
yang nyaman dan mewah, atau ditemani dengan ramai orang, bahkan wajib menyantap
cappuccino ice ala café, saat ini mau tidak mau kita harus tetap bekerja tanpa
itu semua. Mungkin dengan begini kita akan sadar bahwa produktivitas itu timbul
bukan dari luar diri kita, melainkan dari fikiran dan pembiasaan diri kita sendiri.
Bukan tidak mungkin di saat yang terbatas seperti ini kita malah bisa lebih
produktif, karena justru lebih punya banyak waktu untuk berfikir. Dan karena
tidak bisa pergi ke café, alhasil kita pun dituntut untuk membuat cappuccino
sendiri J
5. ini adalah momen yang baik untuk mendetoksifikasi diri kita dari
segala yang serba instan. Kalau biasanya mau makan tinggal beli, mungkin
sekarang kita harus bikin sendiri. Kalau biasanya kita banyak menatap screen laptop dan handphone, sekarang
mungkin kita imbangi dengan berkebun. Kalau sudah bingung mau beraktifitas ngapain lagi, mungkin di situlah muncul
ide untuk memasak menu yang jarang bahkan belum pernah kita buat, menjahit
pakaian atau masker, atau mungkin membaca buku dan menulis setelah kita bosan
dengan pekerjaan yang itu-itu saja. pada saat itulah mungkin kita bisa
memperoleh kenikmatan baru yang tidak kita dapatkan dari rutinitas harian kita
sebelumnya J
Banyak lagi hikmah yang bisa kita dapat dari rumah, baik yang sudah
tergali maupun yang masih menanti untuk digali. Ingatlah, dulu para ulama kita
menghasilkan berjilid-jilid lembar kitab justru bukan di tempat yang mewah dan
megah, melainkan di tempat yang sepi dan jauh dari kebisingan. Bahkan bukankah
Buya Hamka menyelesaikan tafsir 30 juz nya di dalam penjara?.. Nyatanya mereka
tidak menggantungkan produktivitas mereka pada tempat dan kelapangan. Mereka menjadi
produktif justru di masa-masa sulit dan terbatasnya mereka. wallahu A’lam
bishshowab. Semoga catatan ini ada manfaatnya.
(Mari kita doakan para tenaga medis yang tentu saja kondisinya berbeda dari kita di rumah. Setiap kita mendapat apa yang kita usahakan.. Allah Maha Adil dan Maha Menyaksikan.. Semoga Allah ganjar perjuangan para tenaga medis yang tak henti-hentinya berjuang dengan sebaik-baiknya ganjaran, dunia dan akhirat... aamiin.)
Komentar
Posting Komentar